Rabu, 14 Desember 2011

"CHAMPAGNE TOCCATA" - Selebrasi ala William Gillock

"CHAMPAGNE TOCCATA"
Selebrasi Ala William Gillock
 by: Michael Gunadi Widjaya 


Sudah menjadi opini umum, jika champagne identik dengan sebuah perayaan atau Celebration. Tentu saja nuansa yang menyertai champagne adalah sebuah keceriaan. Keceriaan yang berbalut rasa bangga. Kesan dan nuansa semacam itulah yang agaknya ingin disampaikan William Gillock melalui karyanya, "Champagne Toccata"


  

  

Ditilik dari judulnya, pieces tersebut menyertakan istilah “Toccata”. Sebuah kulminasi forma virtuoso, inversi dari kantata yang adalah kulminasi karya untuk musik vokal. Singkatnya, Champagne Toccata adalah sebuah selebrasi dalam ranah virtuositas sebuah komposisi. Dan selebrasi macam inilah yang coba diusung oleh The Golden Fingers Piano Ensemble dengan director Jelia Megawati Heru. Pagelaran di Istituto Italiano Di Cultura, 19 November 2011 memang sebuah perayaan. Selebrasi dalam maknanya yang paling luas.

Sosok William Gillock sendiri lebih di apresiasi sebagai seorang music educator. Komposisi William Gillock terfokus pada upaya permainan bersama antara guru dan siswanya. Dalam berbagai rentang usia, Jelia cukup taktis memilih repertoire karya William Gillock. Karya Gillock memang terbukti mampu untuk merangkai rasa - keterpaduan rasa antara guru dan siswanya. Untuk saling mencecap nuansa, berdialog dan berbagi dalam tematik sebuah perayaan.

Champagne Toccata diperuntukkan bagi 2 piano 8 tangan. Tingkat kesulitannya cukup menggelitik. Sebetulnya, pieces ini adalah komposisi dalam gaya Jazz tradisional yang sempat marak di New Orleans, USA. Secara keseluruhan, landscape kompositorisnya adalah musik profan, musik salon - sebuah genre musik hiburan. Namun William Gillock dengan teknik komposisinya mampu melakukan besutan, agar musik hiburan dapat pula dimaknai sebagai sebuah materi pendidikan musik. Hal demikian sebetulnya telah dilakukan Igor Stravinsky dalam "Le Histoire De Soldat", yang mengangkat bentuk musik hiburan menjadi lebih prestisius, meski belum pada tatanan sebagai materi pendidikan musik. 

Champagne Toccata mengeksplorasi dua pola ritmikal: gaya Swing New Orleans pada bagian awal, dan Tempo di Beguine. Saat mengeksplorasi gaya Swing, Gillock memakai tatanan harmoni yang lazim dipakai dalam Jazz tradisional, yaitu: Black Harmony. Tempo di Beguine, kental dengan progresi II-V-I yang romantis, dalam skala keterukuran nuansa Jazz tradisional.


The Golden Fingers Piano Ensemble, mengusung semua elemen tersebut dengan baik. Baik, dalam artian proporsional pada tuntutan kebutuhan aspek musikalnya. Formasi performernya adalah: Aprilia, Clarissa Rachel, Dirayati Fatima Turner, dan Miss Jelia Megawati Heru. Salah satu kesulitan utama memainkan Jazz tradisional adalah menjaga beat tetap steady. Jelia dengan teknik pianistiknya mampu menjalankan fungsi sebagai beat keeper dengan luar biasa. Jelia juga berhasil meng-conduct ketiga siswanya untuk dapat menyalurkan rasa Jazz dengan luwes dan proper tanpa berlebihan. Bagian Tempo di Beguine pun dihadirkan dengan romantisme yang pas. Serasa menikmati champagne ditengah romantis nya keremangan ruangan malam.


Memainkan piece semacam Champagne Toccata, pada esensinya memiliki dua aspek kesulitan. Teknik fraseringnya - sehubungan dengan karakter pola ritmiknya, dan rasa yang harus juga tersalurkan. Bagi sesama performer maupun bagi audiens. The Golden Fingers berhasil mengatasi keduanya. Karena Jelia sejak awal kiprahnya telah menjadikan piano ensemble bukan sebagai ajang unjuk teknik, namun sebagai ajang bersosialisasi melalui musik, dan...The Golden Fingers memang patut merayakannya!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar