Rabu, 28 Maret 2012

KAWAI Factory Tour with The Golden Fingers

KAWAI Factory Tour with The Golden Fingers
by: Michael Gunadi Widjaja





Pada 28 Maret, saya bersama The Golden Fingers Piano Ensembles directed by Jelia Megawati Heru, berkesempatan mengunjungi pabrik piano KAWAI. Tour tersebut terselenggara atas undangan manajemen PT KAWAI Indonesia. Selama tour banyak hal yang mencengangkan sekaligus berguna bagi siapapun yang memiliki minat dan kepedulian akan musik, khususnya musik piano.
Tour diawali dengan mengunjungi pabrik Kawai Plant 3 di daerah Cikampek. Kawai plant 3 ini adalah factory unit yang merakit piano digital Kawai. Kami disambut dan dihantar berkeliling oleh Bapak Gunawan dari jajaran manajemen Kawai plant 3. Banyak hal mencengangkan disana, diantaranya adalah masih diproduksinya electronic organ merk Lowrey. Organ Lowrey di era 70-an sempat berjaya dan membanjiri pasar alat musik domestik, dan organ Lowrey sekarang sudah sangat full computerised. Sayangnya Lowrey assembly Kawai Indonesia masih diperuntukkan pasar Eropa dan Amerika.

Generasi piano digital Kawai memakai teknologi komposit antara wood dan logam. Menghasilkan hammer action yang sangat mendekati grand piano kelas atas. Miss Jelia melakukan test pada piano digital Kawai new generation. Mengalirlah "Solfegietto" dari CPE. Bach, frase dan rentang dinamika yg dimainkan miss Jelia begitu sempurna dengan rentang dinamika luas dan tone color yang kaya. Hal ini hanya memungkinan jika instrumen pianonya mendukung pula. Dan Kawai Digital Piano new generation membuktikan hal tersebut. Juga saat miss Jelia mendemokan teknik fast repeated hammering. Semua yang hadir menjadi heboh. Belum pernah ada piano digital yang sanggup mengakomodasi teknik ini. Kawai digital piano bisa!!!

Setelah makan siang tour dilanjutkan ke Kawai Plant 1 di Kerawang. Kami disambut Presiden Direktur PT KAWAI Indonesia - Mr. Hiroshi Ushio, Executive Director PT KAWAI IndonesiaMr. Ichiro Matsuda, Manager Quality Control - Pak Suyono, Manager Produksi - Sdr. Rudi, dan Manager Marketing - Sdr. Oki Hermawan San
Sebelum tour, dipaparkan presentasi tentang piano akustik Kawai dan Kawai Factory Indonesia. Fakta yang menarik diantaranya adalah bahwa semua produk Kawai dikerjakan oleh tenaga kerja dibawah pengawasan ketat dari para Master Piano Artisan (MPA). Untuk tingkat MPA yg tertinggi baru bisa diraih setelah 20 tahun magang dan test. Hebatnya lagi, produk Kawai dikerjakan lebih separuh prosesnya adalah hand made dan ternyata piano Boston yang adalah anak perusahaan Steinway & Sons. adalah handmade yang di-assembly oleh PT KAWAI Indonesia.

Setelah meninjau rangkaian proses produksi, The Golden Fingers dan Miss Jelia  mencoba dan mendemonstrasikan dua grand piano Kawai untuk pasar Eropa dan Amerika. Jajaran direktur, manajemen, dan beberapa karyawan terpesona dan seketika merasakan "Music from Passion".
 Mr. Hiroshi Ushio "Twinkle-Twinkle Little Star"



Mr. Ichiro Matsuda "Dr. Fist on the Black Keys"



PT KAWAI Indonesia dengan slogannya "The Future of the Piano" telah menorehkan sejarah, bahwa musik piano adalah sebuah seni yang tidak dapat dipisahkan dari pianonya. Yang juga merupakan sebuah produk seni dengan presisi dan kecermatan serta ketelitian luar biasa. Dan tak salah jika George Kolakis mengatakan KAWAI adalah salah satu Piano terbaik di dunia!!!
Menarik mencermati komentar Jelia Megawati Heru tentang piano KAWAI.
"Baru sekarang saya merasakan lagi sebuah piano sejati sepulang saya dari Jerman"

"Never Ending Story @ Tegal"

"NEVER ENDING STORY @ TEGAL"

Testimony Golden Fingers Goes to Tegal
written by: Christine Paulina
edited by: Jelia Megawati Heru



3 Maret 2012

Merupakan perjalanan pertama ku bersama dengan grup Golden Fingers menuju Tegal... Perjalanan ditempuh dalam waktu 4 jam dengan menggunakan kereta api Cirebon Express.   Sepanjang perjalanan, mata & hati kami sangat dimanjakan oleh pemandangan alam, area persawahan yang indah! Pemandangan yang sangat kontras sekali dengan yang sehari-hari kulihat di Jakarta! Kendaraan yang penuh sesak & maceeeettt!! Tidak ada lagi pemandangan alam yang benar-benar bisa didapat di Jakarta! Semua penuh dengan mall, gedung-gedung bertingkat... aaarrgghh!!!  


Aku suka menikmati perjalanan ke luar kota menggunakan kereta api karena selain bisa bersantai dapat juga menikmati pemandangan alam & sepanjang perjalanan,  tak henti-henti nya aku mengucap syukur atas semua anugrahNya kepada manusia !

Akhirnya, setelah 4 jam perjalanan,  sampailah kami di kota Tegal... dan petualangan kami-pun akan segera dimulai!

Tegal, siap lah digoyang dengan kedatangan kami ^_*





Awal petualangan kami di kota Tegal dibuka dengan sesi foto bersama grup Golden Fingers di dalam gedung TBT dengan menggunakan baju kebanggaan Indonesia yaitu kebaya... setelah itu, sesi foto masih dilanjutkan dengan menggunakan baju kebesaran Golden Fingers yaitu gaun hitam.  Tak terasa, waktu pun terus bergulir... dan sekarang tiba saatnya bagi kami semua untuk mempersiapkan diri di belakang panggung (berdoa-bergandengan tangan-saling memberi dukungan satu dengan yang lain) 

Akhirnya,  waktu-pun menunjukkan pk 20.15 dan acara akan segera dimulai...

Pertunjukkan dibuka dengan permainan lagu Champagne Toccata kemudian diteruskan dengan lagu Perpetual Commotion yang sangat enerjik... kami semua memainkan bagian kami masing-masing sampai selesai... ada yang memainkan lagu genre Dangdut, Jazz, Waltz & Tango. Wah.. yang penting asssiiikk deehh.. !!!

 


Salah satu lagu yang dimainkan malam itu adalah lagu "The Typewriter" karya Leroy Anderson.  Lagu ini menirukan bunyi mesin ketik... bisa terbayang orang mengetik dengan menggunakan 10 jari! Untuk lagu ini, Miss Jelia menyediakan beberapa bel yang dibunyikan oleh teman-teman dari Golden Fingers.  



Setelah itu, Miss Jelia meminta Bapak walikota dan Bapak Oki dari KAWAI untuk membantu membunyikan bel ini saat lagu Typewriter dimainkan. Oya, sempat ada latihan singkat loh buat Bapak Walikota.. “Gini ini lho Pak cara pencet bel nya”.   Bisa jadi, itu merupakan pengalaman yang lucu dan berkesan bagi Bapak Walikota Tegal khususnya.... "ayoo Pak, tekan bel nya yaa... hahahaaa...."



Pertunjukkan diakhiri dengan lagu Gallop March dengan para pemain mengenakan kebaya. Lagu ini dimainkan oleh 6 orang sekaligus menggunakan 2 piano... 



Aku melihat, walaupun Tegal merupakan salah satu kota kecil di Jawa Tengah namun malam itu aku melihat masyarakat Tegal memberikan apresiasi yang cukup baik terhadap musik yang kami mainkan... pengunjung yang datang malam itu-pun cukup banyak... wah, luar biasa pikir-ku!  Di kota Tegal, sekitar 70 pengujung datang menyaksikan pertunjukkan malam itu sudah merupakan hal yang luar biasa!!

Sebagai penutup acara, kami berfoto bersama bersama dengan bapak walikota Tegal dan kami-pun masih berlanjut dengan sesi foto di dalam gedung TBT.

Selesai acara, kami semua kembali ke hotel.. dan disana pun, sesi foto masih berlanjut di antara grup Golden Fingers... hmmm, rupanya jiwa kenarcisan itu sudah sangat lekat di dalam diri kami... heheheee...  dimana-pun, kapan-pun selama masih ada kamera.. heheee..

Di akhir dari semua perjalanan dan petualangan kami sebagai satu anggota dari Golden Fingers, kami merasa senang sekaligus lega.. semua berakhir sudah, namun kenangan itu akan selalu ada ^_^

Sabtu, 24 Maret 2012

Ralph Federer "The Scarlet Cape"

RALPH FEDERER “THE SCARLET CAPE”
Tempo di Beguine – Rhumba – Tango
for one piano four hands

Golden Fingers Piano Ensembles
Directed by: Jelia Megawati Heru
Taman Budaya Tegal, Central Java
March, 4, 2012


PHOTO SLIDES
THE ART of PLAYING THEATRICAL MUSIC
"Energetic, passionate, fun, exotic, dancing & exciting!"

 

   

   

   

     
 


The Video "Scarlet Cape" by Golden Fingers

Primo: Angelica Liviana
 Secondo: Jelia Megawati Heru

Leroy Anderson "The Typewriter" for 1 piano, 4 hands & note bells

LEROY ANDERSON “THE TYPEWRITER”
for one piano, four hands and note bells
 
Golden Fingers Piano Ensembles
Directed by: Jelia Megawati Heru
Taman Budaya Tegal, Central Java
March, 4, 2012
 
 

 

     

      

  

  


The Video "The Typewriter" by Golden Fingers

 

Primo: Christine Paulina
Secondo: Jelia Megawati Heru

Note bells (left to right):
Patrisia Trisnawati - Angelica Liviana - Clarissa Rachel - Keniawaty

Special performances, featuring:
Mr. Ikmal Jaya, SE. Ak (City Mayor of Tegal)
Mr. Oki Hermawan (KAWAI)


ABOUT Leroy Anderson & The Typewriter

Leroy Anderson was an American composer of short, light concert pieces, many of which were introduced by the Boston Pops Orchestra under the direction of Arthur Fiedler.

John Williams described him as "one of the great American masters of light orchestral music."

The composer Leroy Anderson wrote The Typewriter, for orchestra and typewriter, in 1950. It has since been used as the theme for numerous radio programs. The solo instrument is a real typewriter played by a percussionist.

For "The Typewriter" a percussionist would mime working on a typewriter while the orchestra played.

Jumat, 23 Maret 2012

ALBERT LAVIGNAC “GALLOP MARCHE”

ALBERT LAVIGNAC “GALLOP MARCHE”

for 2 pianos, 12 hands
Performed by: Golden Fingers Piano Ensembles
Music Director: Jelia Megawati Heru
Venue: Taman Budaya Tegal, Central Java (March, 4, 2012)



      

     

     

  

 


The Video "Gallop Marche" by Golden Fingers


Piano I
Primo: Christine Paulina
Secondo: Keniawaty
Terzo: Clarissa Rachel

Piano II
Primo: Patrisia Trisnawati
Secondo: Angelica Liviana
Terzo: Jelia Megawati Heru  

The French music scholar and composer, Alexandre Jean Albert Lavignac, studied with Antoine François Marmontel, François Benoist and Ambroise Thomas at the Conservatoire de Paris. In March 1864, at the age of 18, he conducted from the harmonium the private premiere of Gioacchino Rossini's Petite Messe Solennelle. Albert Lavignac taught later harmony at the Conservatoire de Paris. Among his pupils were Vincent d'Indy, Philipp Jarnach, Gabriel Pierné, Amédée Henri Gustave Noël Gastoué and Florent Schmitt.

Albert Lavignac is known for his essays on theory. His condensed work, La Musique et les Musiciens, an overview of musical grammar and materials, continued to be reprinted years after his death. 

In it he characterized the particular characteristics of instruments and of each key, somewhat in the way Berlioz had done (B major: Energetic; E major: Radiant, warm, joyous; A major: Frank, sonorous; D major: Joyful, brilliant, alert; etc.). 

His more popularized works discussed the music dramas of Richard Wagner, summarized in Le Voyage artistique à Bayreuth. He was the founder and editor of the compendious Encyclopédie de la musique et Dictionnaire du Conservatoire.

The Gallop March is written for one piano, eight hands. His compositions are largely forgotten, however, Gallop March is often performed. The fact, squeezing four people in front of one keyboard is in itself quite a challenge. We had to rearrange ourselves from one section of the piece to the next, leaning far back to make room for someone else, then diving back in to make an entrance. 

But it’s a fun piece to play – getting a truly massive orchestral sound from the piano!

Rabu, 21 Maret 2012

Compositorical Notes "Kemben" for 2 pianos, 8 hands

“KEMBEN” 
for 2 pianos, 8 hands

Composed by: Michael Gunadi Widjaja
Performed by: Golden Fingers Piano Ensembles
Music Director: Jelia Megawati Heru
Venue: Taman Budaya Tegal, Jawa Tengah - 4 Maret 2012


 



the video "KEMBEN" by Golden Fingers


1st PIANO
Primo: Patrisia Trisnawati 
Secondo: Angelica Liviana

2nd PIANO

Primo: Keniawaty 
Secondo: Jelia Megawati Heru


COMPOSITORICAL NOTES    

Kemben adalah kain penutup dada perempuan Jawa.
Kemben menjadi tema sentral komposisi ini.
Dengan kata lain, kemben berkisah tentang bagian sensual perempuan.
Yang sensual namun selalu ditutupi, yakni dada.

Sebagai sebuah materi komposisi, kemben mengembangkan afeksi 
tentang pesona sexuil perempuan. 


TIGA BAGIAN KOMPOSISI "KEMBEN"  

Bagian Pembuka
INTRODUCTION
(pentatonik)
  
Konsepnya adalah “Manunggaling Kawula Gusti” atau Mandala. Dari jagat kecil berkembang semakin kompleks menjadi sebuah konsepsi tentang yang adiluhung. Thema dari primo 1. Diulang dengan pengkayaan variatif ritmik oleh secondo 1, primo 2, dan secondo 2. Kesejajaran oktaf dimaksudkan memberi kesan teatrikal, bahwa: "inilah sebuah tabir hidup – perempuan, dengan pesona sexuilnya"

    Bagian ke-2
    KERONCONG 
      Romantis berkisah tentang sisi alamiah perempuan. Makhluk malu-malu, manja, halus, dan lembut. Impressinya adalah perempuan berkemben, berjalan melenggang, mengerling mata, menebar senyum, dan rambutnya sedikit basah. 

      Bagian ke-3
      DANGDUT HOT
        Perempuan sebagai makhluk malu-malu, manja, halus, lembut, dalam sublimasinya bisa menjadi liar. Liar dalam angan birahi dan sexuil. Itulah mengapa dalam bagian ini dipakai landscape kompositoris yang “dekonstruktif”. Sebab tatkala berada dalam keliaran birahi dan sexuilnya, TAK ADA LAGI NORMA TAK ADA LAGI ATURAN. Harmoninya hanya satu dan statis.

        Untuk menunjukkan sebuah keadaan “trance” dalam kemelut birahi. Dalam kompositoris musik tradisi Jawa, tipikal harmoni semacam ini ada pada musik DOLALAK dari Banyumas, Sintren dari Tegal, dan seni Jathilan dari Solo. 

        Impressi dalam bagian ini adalah: perempuan berkemben, duduk, sambil tangan memegang rambut, mempertontonkan ketiak yang berbulu sebagai cerminan keliaran birahi. Kemudian perempuan tersebut bergoyang dalam keadaan trance, diselimuti wangi kayu cendana, dupa, kemenyan, sambil kembennya makin melorot.

        Jumat, 16 Maret 2012

        Apresiasi Walikota Tegal Dalam Musik

        THE HAREBELL UNTUK TEGAL CERDAS
        Testimony by: Michael Gunadi Widjaja
        Dedicated for: H. Ikmal Jaya, SE, Ak. 



            


        Konser The Golden Fingers Piano Ensembles directed by Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu di Tegal, telah berlangsung. Menyisakan berbagai makna dan kenangan yang muaranya adalah terbangkitnya minat masyarakat Tegal, juga daya apresiasi yang baik terhadap sajian musik seni. Salah satu hal yang nampaknya layak dikedepankan dalam rangkaian konser tersebut adalah permainan piano Walikota Tegal H. Ikmal Jaya, SE, Ak. Dan menjadi menarik untuk menorehkan sebuah testimony proses seorang Walikota mempelajari musik piano. Dikarenakan banyak hal yang bisa dijadikan pelajaran untuk membentuk sikap apresiatif terhadap seni sekaligus membawa karakter dan adab masyarakat. 

        Testimony ini ditulis dari sudut pandang Saya, sebagai instruktur piano Pak Ikmal Jaya. Saya sendiri sudah lama akrab dengan “Mas” Ikmal dan keluarganya, karena kakak perempuan “Jaya” (sebutan akrab Mas Ikmal) adalah kawan diskusi Saya semenjak berpuluh tahun lalu. Seorang Ikmal Jaya berada dalam lingkungan keluarga yang sangat tidak 'familiar' dengan musik, karena mereka adalah pengusaha dengan banyak bidang usaha. Musik bagi keluarga Mas Ikmal semata sarana hiburan belaka, itupun hanya terbatas musik Tarling, DangDut, dan Pop manis. 

        Ketertarikan Mas Ikmal terhadap musik seni dimulai kira-kira dua tahun lalu. Saat menyaksikan Walikota terdahulu yakni Adi Winarso, S.Sos tampil sebagai guest performer dalam resital Saya. Saat itu Adi Winarso, yang juga binaan Saya, memainkan "Fuer Elise" dari LV.Beethoven. Ketika bertanya pada Adi Winarso tentang berapa lama beliau belajar hingga dapat main piano sebegitunya, Mas Ikmal sempat berkecil hati, karena saat itu Adi Winarso telah 3 tahun Saya bina. "Waaahhh…lamaaa kaliii ya?" 

        Dalam acara nyanyi nyanyi Keroncong di Pendopo, Saya duduk berdampingan dengan Mas Ikmal. Beliau berkata begini: “Mas Gun…saya ini sejak kuliah belajar gitar tahunan kok ndak bisa bisa ya…padahal gitar (alat gitar maksudnya) saya sangat bagus lho…”. Saya jawab begini: “Pak Wali (hehehe.... saya tidak memanggilnya Mas, karena dalam forum resmi)…..mungkin cara belajarnya salah…kapan-kapan saya ajarin deh”. 

        Waktu berlalu…Tak ada kabar dari Mas Ikmal tentang minatnya belajar musik. Sampai suatu hari saya menghadap Beliau untuk memintanya membuka sekolah musik saya. Saat meninjau sekolah musik itulah Beliau spontan menyatakan ingin les piano. TETAPI……ini yang agak repot….hehehehe…karena Beliau sangat sibuk (Walikota nih ye....), JADI HARI DAN JAM NYA FLEKSIBEL. Meski agak bingung, Saya sanggupi juga keinginan Beliau. 

        Pelajaran piano Mas Ikmal dimulai dengan buku Leila Fletcher warna hijau. Beliau sangat antusias dan ambisinya untuk bisa main piano luar biasa keras. Buku Leila Fletcher jilid 1 dan 2 habis dilalap (emang lalapan apa? hehehehe...) hanya dalam 10 hari!!!! Ditengah kesibukannya Beliau menyempatkan diri berlatih berjam-jam hingga larut malam. Beliau juga sering meng-sms saya menanyakan hal ikhwal piano dan musiknya. Mas Ikmal hanya membutuhkan waktu 4 bulan untuk dapat tampil dalam sebuah konser besar yang representatif. 

        Ketika saya memperkenalkan sosok Jelia Megawati Heru sebagai seorang music educator, Beliau menanggapinya dengan sangat antusias. Orang mana? Lulusan mana? Apa beda music educator dan guru piano biasa? Apa music educator bisa membina guru sekolah umum? Apa music educator bisa bikin metode untuk orang yang sudah berumur? Bagaimana dengan anak umur 3 atau 4 tahun? Wuiih... itulah segudang pertanyaan yang diajukan Beliau saat Saya perkenalkan sosok Jelia. Kemudian Saya memperlihatkan blog Jelia dan Mas ikmal minta untuk SEMUA DI-PRINT !!!!!! Termasuk foto- foto. 

        Saat saya beritahu bahwa Golden Fingers akan konser di Tegal, kontribusi Beliau luar biasa. Tanpa Beliau, Teater Arena Taman Budaya Tegal tidak mungkin siap untuk digelar konser. Beliau juga dengan penuh respek menyambut Jelia dan Golden Fingers sebagai tamu kota Tegal. Jarang ada walikota yang memiliki kepedulian pada seni sampai sedemikian. Secara khusus Beliau mengatakan ingin mempersembahkan permainan pianonya sebagai TRIBUTE untuk Jelia dan The Golden Fingers. 

        Dan malam 4 Maret 2012 Tegal berguncang. Sosok Ikmal Jaya yang selama ini dikenal pendiam, low profile, dan sangat santun, berubah menjadi seorang apresiator musik. Dan berdentinglah musik "THE HAREBELL" karya William Smallwood. Mas Ikmal memainkannya dengan rentang dinamika yang sangat presisi sesuai teksnya dan hadirin pasti dapat merasakan "Music from Passion" dari seorang Ikmal Jaya.

        Terhadap The Golden Fingers sendiri beliau menyatakan sangat puas. Mereka cantik, baik fisik maupun inner. Dan tentu yang terutama adalah komandannya, Miss Jeliaaaaaa... 

        Yang bagi saya paling mengesankan adalah: Bahwa seorang Ikmal Jaya mencanangkan program "Tegal Cerdas". Dan Beliau memberi contoh nyata - memperkaya kepribadiannya dengan musik piano, sebuah seni adiluhung yang tidak gampang dimainkan. Tegal Cerdas dengan demikian bukan Cuma slogan! Walikota Tegal telah memberi contoh nyata pada masyarakat Tegal tentang wujud upaya menuju masyarakat Tegal yang cerdas, karena tak dapat dipungkiri; Musik, khususnya musik piano adalah wahana menggapai kecerdasan.

        Walikota H. Ikmal Jaya SE. Ak turut memainkan satu karya
        dari William Smallwood "The Harebell"

        (Rehearsal Golden Fingers, 3 Maret 2012)

        SCORE "THE HAREBELL" by William Smallwood

        SCORE 
        "THE HAREBELL" 
        by William Smallwood