Senin, 28 November 2011

Let's Pop Up Your Days with Balloooonss...

LET'S POP UP YOUR DAYS WITH..BALLOOOOONNSS….
by: Michael Gunadi Widjaya


Dunia anak-anak senantiasa menarik untuk digubah dalam bahasa musik. Debussy membuat komposisi tentang dunia anak. Frederico Mompou dengan gaya meditatifnya pun terpesona oleh dunia anak. Masih banyak lagi komposer terkemuka yang memperbincangkan dunia anak. Kepolosan, keluguan, keterbukaan, kejujuran, dan keceriaan dunia anak, sepertinya tak kan pernah habis untuk diperbincangkan dalam verbalitas musikal. Tak terkecuali bagi Ruth Ellinger.

Tak banyak data tentang Ruth Ellinger. Meski demikian kita bisa mengais makna yang dalam melalui karyanya, "BALLOON POP POLKA". Sebuah karya yang diperuntukkan 2 piano dan 4 pemain. Piece ini bukan sekedar berkisah tentang dunia anak. Bukan sekedar menyodorkan paparan keceriaan. Piece ini sarat dengan keunikan.

Seorang Gustav Mahler pernah berujar demikian: 
"Je weiter der Musik entwickelt, desto komplexer das Gerät durch den Komponisten verwendet wird, um seine Gedanken auszudrücken"

Terjemahan bebasnya kira-kira demikian: 
"Semakin laju perkembangan sebuah jenis musik, semakin banyak pula aparatus yang dipakai/dilibatkan untuk mendukungnya."
 
Adagium ini dipakai dengan sangat baik oleh Ruth Ellinger. Balloon Pop Polka adalah sebuah MUSIK PIANO PLUS BALON!!! Balon sebagai sebuah aparatus yang menyatu penuh dengan idiom dan tata gramatik pianistiknya. Secara struktural, Balloon Pop Polka terdiri dari dua sekuen. Sekuen polka nya itu sendiri. Dan sekuen balon.

The Golden Fingers Piano Ensemble dengan director Jelia Megawati Heru, berhasil mentransformasikan keunikan karya Ruth Ellinger. Dalam konsernya di Istituto Italiano Di Cultura 19 November 2011. Keberhasilan transformasi dalam batasan, mempersembahkan sebuah piece utuh dengan balon, yang menyatu. Bukan sensasi murahan dan bukan memperlakukan balon sebagai kitsch.


 

Para performer masih berusia anak-anak. Mereka adalah: Agaputra Ihsan Oepangat, Madeline Audrey Wiguna, Lara Yavuzdogan, dan Angel Yoeshwono. Jelia sebagai seorang music educator jelas sangat berhasil membuat keempat siswa yang masih anak-anak untuk mencecap sangat banyak makna melalui piece ini.

       


      

Para siswa semenjak dini diperkenalkan terhadap konsep musik modern. Menggunakan aparatus diluar instrumen musik yang lazim, dalam konteks ini adalah balon. Juga pengenalan tuts hitam. Pieces ini dimainkan dalam F mayor, yang berarti ada teknik finger dexterity yang signifikan bagi pemain berusia anak. Juga world rhythm, dalam konteks ini adalah Polka. Dalam metrum 2/4 yang lincah. Ketepatan aksentuasi ritmik dalam aksen berupa letusan balon. Ada pula karakter harmoni „bertegangan“ yang muncul saat seorang pemain meniup dan melepaskan balonnya. Seorang Jelia malam itu dapat dikatakan berhasil menjadikan anak-anak sebagai sosok yang sublim dalam fantasi dan nuansa dunia anak-anak yang sejati.


 



Balloon Pop Polka, dalam konser malam itu dijadikan nomor pembuka. Bagi audiens, hal ini dapat ditangkap sebagai sebuah siratan makna. Bahwa pada awalnya, kesejatian, kepolosan, dan kejujuran lah hal utama dalam seni perbincangan kehidupan itu sendiri. Dan Jelia Megawati Heru bersama siswanya berhasil menyampaikan makna tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar