"OUT of BOX in LIFE" (2nd Part)
testimony by Christine Paulina
edited by Jelia Megawati Heru
Jakarta, 16 Desember 2011
Aku teringat dengan testimoni yang aku buat untuk konsernya Golden Fingers kemarin... Miss Jelia memberikan judul "Out of the Box" *.
*Artikel "Out of the Box" dapat dibaca di:
http://piano-ensembles.blogspot.com/2011/11/christines-practice-journal.html
Ya! Dan itu betul sekali dan di tahun ini aku betul-betul mengalami hal itu - tidak hanya di dalam musik saja. Kalau boleh share, mulai sejak dari pertengahan tahun ini aku betul-betul mengalami yang namanya OUT OF MY COMFORT ZONE!
*Artikel "Out of the Box" dapat dibaca di:
http://piano-ensembles.blogspot.com/2011/11/christines-practice-journal.html
Ya! Dan itu betul sekali dan di tahun ini aku betul-betul mengalami hal itu - tidak hanya di dalam musik saja. Kalau boleh share, mulai sejak dari pertengahan tahun ini aku betul-betul mengalami yang namanya OUT OF MY COMFORT ZONE!
MY TURNING POINT
Semuanya berawal dari ketika aku memutuskan untuk pindah kerja dari profesi guru piano di salah satu sekolah musik ke universitas terkemuka di Jakarta - yang betul-betul merupakan hal yang baru untukku. Lalu tiba-tiba aku mendapatkan tawaran untuk mengikuti project dari Miss Jelia. Buat aku, awalnya seneng-seneng saja, tapi ternyata setelah masuk dan ikut, tidak semudah yang kubayangkan. Sempet kaget kenapa Jelia nawarin aku, padahal mungkin ada juga alternatif teman-teman yang lain. Sekarang, ketika semuanya sudah lewat, aku tidak menyesali keputusan ini. Aku tahu, aku bisa belajar banyak seperti yang aku tulis di testimonial "Out of Box".
NEW JOB, NEW ENVIRONMENT & NEW OPPORTUNITIES
Mengajar di universitas sendiri buat aku, merupakan hal yang ada di luar dugaanku karena aku tidak pernah menyangka aku bisa diterima disana. Bayangkan aku mengajar didepan anak-anak yang badannya jaooh lebih besar dari aku! Selama ini aku hanya mengajar anak yang secara fisik lebih kecil dari aku dan aku bisa punya kuasa atas mereka - alias bisa dimarahin...heheheeee..^^ ). Tapi sekarang, aku harus mengajar mereka yang secara fisik badannya jaoooh lebih besar dan aku mengajar yang 1 kelas isinya 60 - 70 mahasiswa. Luar binasa! Beberapa kelas yang aku ajar adalah anak teknik industri, yang mayoritas anak cowok-cowok... wah, berasa paling cantik sendiri karena tidak ada saingan! hahahaaaaa.... dan itu tidak cuma 1 kelas, ada 5 kelas di semester ini yang aku ajar dan jumlah mahasiswa 1 kelas rata-rata 50-70 anak!
Sampai hari ini, setelah tengah-tengah semester terlewati (sudah mid-test kemarin), aku coba mendekatkan diri ke mereka dan menganggap mereka sebagai teman (nggak berani galak-galak sama mereka karena badan mereka jauh lebih besar dari aku dan mereka bisa protes juga) hehehe.. nggak juga sih, tapi lebih karena ingin membangun hubungan baik saja dengan mereka. Hasilnya? Aku bisa dekat dengan beberapa dari mereka... nggak semua sih..Tapi ada beberapa yang dekat dengan aku. Trus, kalau di kelas bisa bercanda juga. Sekarang aku lagi belajar bagaimana caranya bersikap tegas dengan mahasiswa yang agak-agak males gitu atau menegur mereka tanpa menyakiti mereka.
Sampai hari ini, setelah tengah-tengah semester terlewati (sudah mid-test kemarin), aku coba mendekatkan diri ke mereka dan menganggap mereka sebagai teman (nggak berani galak-galak sama mereka karena badan mereka jauh lebih besar dari aku dan mereka bisa protes juga) hehehe.. nggak juga sih, tapi lebih karena ingin membangun hubungan baik saja dengan mereka. Hasilnya? Aku bisa dekat dengan beberapa dari mereka... nggak semua sih..Tapi ada beberapa yang dekat dengan aku. Trus, kalau di kelas bisa bercanda juga. Sekarang aku lagi belajar bagaimana caranya bersikap tegas dengan mahasiswa yang agak-agak males gitu atau menegur mereka tanpa menyakiti mereka.
Pilihan berikut yang menjadi dilema buat aku adalah ketika aku harus memutuskan utk menjadi Faculty Member/FM alias dosen tetap. Di satu sisi, aku dengar ada usulan-usulan buat aku untuk tidak menjadi FM karena ada beberapa pertimbangan, tetapi ada juga yang menyarankan aku untuk mengambil kesempatan ini mumpung ditawarin... Dari orang tua menyarankan kalau bisa ambil saja - tidak ada ruginya dan bisa saja kesempatan ini tidak datang 2 kali... Kalau dari aku sendiri, sebetulnya agak berat karena masalah terikatnya itu dan mengerjakan kegiatan administratif di luar sebagai dosen - antara lain: mengajar, input nilai, koreksi, persiapan materi, buat riset, dan menulis jurnal. Tapi yah aku harus memutuskan apapun itu, aku cuma berharap keputusan yang aku ambil adalah keputusan yang tepat buat aku. Kalau ini adalah kesempatan yang dikasih buat aku, kenapa aku melewatkan kesempatan itu?
DILEMMA, STRUGGLE & POINT of NO RETURN
Dengan bekerja dalam lingkungan yang baru, aku juga belajar lagi dan mau tidak mau HARUS BERADAPTASI dengan lingkungan baru (yang sebetulnya buat aku tidak mudah). Masuk di lingkungan baru, harus beradaptasi lagi, dan belajar hal-hal yang baru lagi.
Kalau aku boleh memilih... pengen deh balik ke zona nyaman ku... tapi di sisi yang lain, aku juga tahu kalau aku terus berdiam di zona nyamanku, aku tidak bisa berkembang karena berhenti di 1 titik... aku tidak bisa melihat dunia luar karena aku sudah terlalu asik dengan duniaku sendiri...
Di atas semuanya itu, aku melihat tahun ini adalah tahun dimana aku diberi banyak kesempatan untuk keluar dari zona nyamanku dan maju buat perkembangan diriku sendiri... walaupun sekarang ini aku ya masih dalam proses belajar, jatuh bangun, bersakit-sakit, kesandung, nangis bombay sampe nangis darah tapi aku harus segera bangkit dan maju - kalau tidak begitu, aku bakal ketinggalan karena waktu akan berjalan terus. Tahun ini, aku benar-benar ditempa habis-habisan...
Mama aku pernah bilang begini: "ya, sekarang udah waktunya Christine keluar dari zona nyaman nya Christine selama ini...bersusah-susah dulu, nanti pasti suatu saat Christine akan terima rewardnya" Amien to that! Yah, sekarang aku cuma ngebayangin kapan yah aku dapat rewardnya? Sampai kapan aku musti bersusah-susah dulu? Kalau mau jujur ya, aku sudah cukup capek hati dengan semua proses yang aku lalui dan terjadi sampai hari ini... tapi aku cuma terus bertahan saja, semoga aku bisa dapat rewardnya segera... ^_* Penasaran sama reward nya nih...
Sambil nulis cerita ini, sambil sedikit menitikkan air mata dan menghela nafas panjaaanng bangeeett mengingat segala proses yang harus aku jalani ke depannya...
When the world says, “Give up,” Hope whispers, “Try it one more time.”
Di atas semuanya itu, aku melihat tahun ini adalah tahun dimana aku diberi banyak kesempatan untuk keluar dari zona nyamanku dan maju buat perkembangan diriku sendiri... walaupun sekarang ini aku ya masih dalam proses belajar, jatuh bangun, bersakit-sakit, kesandung, nangis bombay sampe nangis darah tapi aku harus segera bangkit dan maju - kalau tidak begitu, aku bakal ketinggalan karena waktu akan berjalan terus. Tahun ini, aku benar-benar ditempa habis-habisan...
Mama aku pernah bilang begini: "ya, sekarang udah waktunya Christine keluar dari zona nyaman nya Christine selama ini...bersusah-susah dulu, nanti pasti suatu saat Christine akan terima rewardnya" Amien to that! Yah, sekarang aku cuma ngebayangin kapan yah aku dapat rewardnya? Sampai kapan aku musti bersusah-susah dulu? Kalau mau jujur ya, aku sudah cukup capek hati dengan semua proses yang aku lalui dan terjadi sampai hari ini... tapi aku cuma terus bertahan saja, semoga aku bisa dapat rewardnya segera... ^_* Penasaran sama reward nya nih...
Sambil nulis cerita ini, sambil sedikit menitikkan air mata dan menghela nafas panjaaanng bangeeett mengingat segala proses yang harus aku jalani ke depannya...
When the world says, “Give up,” Hope whispers, “Try it one more time.”
We all have a comfort zone where everything feels safe and familiar. We tend to not want to venture beyond it, however if we allow ourselves to stay there we will not be challenged, experience personal growth, or learn new and exciting things. In other words, we would stagnate.
To Everything there's a season, a time for every matter, or purpose... HE has made everything beautiful in it's time...
Experience is life's best teacher, but....
"Never shall I forget the time I spent with you. Please continue to be my friend, as you will always find me yours" - Ludwig van Beethoven