Kamis, 17 November 2011

MERAJUT ANGAN MENGGAPAI ASA

MERAJUT ANGAN MENGGAPAI ASA 
Menjelang Konser Golden Fingers Piano Ensemble
 
By Michael Gunadi Widjaja
Musik piano. Berkembang sejalan dengan pembelajaran dan pendidikan piano itu sendiri. Di Indonesia,sudah banyak pianis kelas dunia. Banyak dan bahkan teramat banyak lembaga yang konon katanya adalah sebuah wadah pendidikan piano.Bagi sebagian orang, banyaknya pianis kita yang berkelas dunia bolehlah dijadikan tolok ukur keberhasilan pendidikan piano di tanah air. Demikian pula menjamurnya lembaga pendidikan piano dapatlah ditengarai sebagai tingginya minat akan musik piano. Di satu sisi, hal tersebut adalah sebuah fenomena gemerlap. Di sisi yang lain… banyak mendung dan kesuraman.

Jika kita mau sedikit saja bersusah susah untuk melakukan penelisikan, segera akan terpampang paparan fakta sebagai berikut: masih sangat banyak anak yang belajar musik piano dengan tertekan, murung, tak bergembira. Anak-anak tersebut bertahan dengan stress dan hampir depresi hanya karena ambisi orang tuanya, menganggap musik piano setara dengan gengsi yang prestisius. Banyak dan tak terhitung, anak yang telah 9 tahun belajar piano hanya dapat memainkan satu lagu "Fuer Elise" saja.Itupun dengan terbata-bata dan nyaris membuat pendengarnya stroke jantungan.

Dalam tatanan sedemikian, timbul pertanyaan. Dimana peran para guru piano? Para guru piano secara an sich tetap intens melakukan pekerjaannya. Hanya saja, kebanyakan para guru piano ini terbuai oleh angan semu. Mereka asyik bertahan dengan paradigma dan mind set yang konservatif dan kolot. Mereka tetap kukuh bahwa academia alla Rusia dengan Hanon pada berbagai kunci nada akan menghasilkan Barenboim-Barenboim muda.Mereka tetap bertahan dengan pongahnya bahwa tiada pieces lain yang berteknik selain Duvernoy, Burgmuller, Czerny, dan sebangsanya. Para guru piano ini dengan gaya komandan pasukan elite mengkomando muridnya..yang dengan stress dan terengah-engah serta tertatih mendalami First Lesson in Bach.

Paradigma kolot mungkin untuk beberapa siswa piano bisa membuahkan hasil. Tapi tidak untuk sebagian yang lain. Dan pertanyaan yang paling mendasar adalah:
"APAKAH PARADIGMA MACAM DEMIKIAN DAPAT MENGHASILKAN SEBUAH TATANAN IKLIM PENDIDIKAN MUSIK PIANO YANG SEJUK?"
Musik adalah pengejawantahan karsa dan karya yang paling dalam. Musik seyogyanya membuat setiap orang bisa mengungkap rasa dan berbagi rasa melalui medium bunyi. Apakah mungkin dengan guru piano dan system pendidikan yang kolot musik dapat menyuarakan kesejatiannya?

Konser THE GOLDEN FINGERS PIANO ENSEMBLES memberi sebuah wacana edukasi yang sangat berbeda. Dengan director Miss Jelia Megawati Heru, Golden Fingers dalam pagelaran 19 November 2011 di Instituto Italiano Menteng jam 19.00 mendatang, menawarkan sebuah tatanan pendidikan musik piano yang “baru”. Dalam arti, sangat personal bagi setiap performernya.

Forma ensembles yang dipakai The Golden Fingers, menorehkan sebuah alternative pendidikan piano. Berbagi. Para siswa diajak sublim ke dalam kesehariannya. Dalam sendi sendi kehidupan itu sendiri. Untuk berbagi pengalaman estetisnya dengan sesama teman. Tidak lagi dibelenggu dengan ketatnya finger dexterity, melainkan semangat berbagi dan saling mencurahkan keseharian hidup. Hal demikian nampak nyata dalam program konser The Golden Finger. Ada karya Ruth Ellinger "Balloon Pop Polka", yang merupakan persenyawaan dunia anak yang riang. Juga Juga rangkaian folk song yang diaransir dengan nuansa musikal masa kini. Suatu upaya agar anak tetap terbalut dengan apa yang dinamai sebagai seni tradisi.



Sesi dua The Golden Fingers dalam program note-nya, akan menampilkan ensembles para guru. Sebuah upaya edukasi dari Miss jelia yang patut diapresiasi. Para guru diajak untuk saling berdialog dengan sesamanya. Bukan tentang hal muluk seni keluwesan tangan alla Horowitz, melainkan tentang seni komunikasi melalui musik. Dan repertoire untuk sesi ini diantaranya adalah karya Arthur Benjamin. Komposer yang paham betul makna edukasi, karena pernah menjadi staf penguji ABRSM.
Pada esensinya,The Golden Fingers Piano Ensembles adalah sebuah nuansa baru. Angan yang ingin menggapai asa. Asa berupa kembali sejuknya iklim pendidikan piano di tanah air, yakni dengan cara menghidupkan musik dan memusikkan kehidupan itu sendiri. Dan seorang seperti Jelia Megawati Heru sangat memahami hakekat tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar